Beda Kata TIDAK dan BELUM


Saya memang bukan ahli bahasa. Bahkan saat masih jadi siswa dulu, jurusan yang saya ambil pun jauuh sekali dari bahasa, karena jurusan yang saya ambil adalah Teknik Elektronika. :)
Meski terkadang saya begitu mengagumi mereka-mereka yang bisa merangkai kata-kata indah dengan diksi yang menggugah rasa dan juga mencoba berusaha menulis seperti yang mereka lakukan, pada akhirnya saya harus mengakui, saya tidak bisa seberbakat mereka.
Tapi ini perkaranya lain. Bagi seorang seperti saya, dua kata ini jelas sekali maknanya. Apakah kata itu? Mereka adalah tidak dan belum.
Terus, what's wrong with them?
Bukan mereka sebenarnya yang jadi masalah. Tapi kata-kata selanjutnya yang dikatakan setelah salah satu kata di atas yang rasanya menyesakkan hati. Sehingga membuat saya tergerak untuk menuliskannya disini. Sehingga kita bisa lebih bijak lagi saat berkata-kata.
Jadi ceritanya, berhari-hari yang lalu ketika hendak pergi maen ke TK deket rumah, saya papasan sama tukang sayur yang biasa lewat komplek kontrakkan rumah. Nah waktu itu si Ibu nanya,
"Mau kemana, kok bawa minum segala?" Tanya Ibu tukang sayur itu, karena waktu itu memang saya bawa botol minum plus minumannya sambil dipegang, takut tumpah soalnya.
Yah, saya jawab yang sebenarnya dong ya, "mau ke TK Bu... :)," waktu itu bilangnya sambil senyum juga. :)
Eh, si Ibu yang emang waktu itu lagi ada satu pelanggan yang belanja bilang ke si pembeli,
"tak andik anak jek ajuah," kurang lebih gitu, waktu itu bilangnya dalam bahasa Madura.
Karena saya sedikit banyak tahu bahasa Madura, saya ngerti lah artinya, kurang lebih gini,
"Dia itu 'gak punya anak."
Deg. Makjleb banget deh Ibu itu. :(
Bodohnya saya, setelah mendengar percakapan itu, saya membiarkan kalimat itu terus menggerogoti pikiran saya hingga berhari-hari. Sedih dengernya. Apalagi mikirinnya.
Kenapa saya sedih?
Saya memang harus mengakui, setelah satu tahun usia pernikahan saya dan Abi, kami memang belum dikaruniai anak. Saya garis bawahi belum. Lantas, kami bisa apa? Kami hanya bisa berikhtiar, berdo'a dan tawwakal, hasilnya? Dia yang paling mengetahui. Bukan kita -secerdas apapun anda!-.
Yang seharusnya bukan hak anda untuk kemudian menjudge dan memilih kata tidak untuk kami. :(
Akan beda sekali maknanya dua kata yang maknanya mirip ini, coba perhatikan conthnya:
- Saya tidak makan nasi hari ini.
- Saya belum makan nasi hari ini.
Jika saya mengatakan 'saya tidak makan hari ini', artinya saya tidak makan sama sekali hari ini. Bisa jadi karena sakit, kekenyangan karena makan makanan yang kemaren atau alasan lainnya, sehingga kesimpulannya tidak ada satu butir nasi pun yang anda makan hari ini. Karenanya kalimatnya bisa juga ditambah seperti ini:
Saya tidak makan  nasi hari ini. Kemarin saya makan segentong nasi sendirian, sehingga bila hari ini melihat nasi, saya rasa-rasanya mau muntah.
Nah, lain halnya dengan kata belum. Bila mengucapkan 'saya belum makan nasi hari ini', berarti ada kemungkinan bahwa saya akan makan nasi nanti. Entah itu saat malam, atau ketika ada teman yang menemani saat makan.
Nah, kemungkinan itu lah yang membedakan kata tidak dan belum. Dan alangkah bijaknya bila sedang bicara dengan kami-kami yang sedang menunggu ini, pakailah kata belum. Bukan tidak. Karena ada harapan setidaknya ketika kalimat itu terlontarkan.

Ah, saya memang lebay ya. Hal seperti ini saja dipermasalahkan (sebenarnya bukan mempermasalahkan sih, cuma agak meluruskan saja), sehingga tidak ada saya-saya yang lain yang juga merasakan yang sama. :)
Dan Ibu tukang sayur itu, InsyaAllah saya juga sudah memaafkannya. Mungkin dia tidak tahu kalau saya sesensitif ini. Semoga bermanfaat. :)

Psst, gambar diambil dari sini.
0 Responses