Bahagia Itu....

Tak harus mendapat mobil baru untuk bisa merasakan bahagia,
Tak harus mendapat rumah baru untuk bisa mencicipi bahagia,
Tak harus membeli baju baru 'tuk bisa bahagia,
Tak harus ke luar negeri dan keliling dunia,
Atau mendapatkan hal-hal menyenangkan lainnya agar kita bahagia,
Cukup persilahkan hatimu untuk merasa bahagia, maka kau akan berbahagia meski hanya hal kecil dan sederhana yang kau punya
                      (Pendapat pribadi)  

Kata orang, bahagia itu sederhana. Kita tak harus memiliki segalanya di dunia ini untuk bisa merasakan bahagia. Karena betapa banyak orang di luaran sana, yang sepertinya memiliki segalanya, tapi seperti tak nampak raut bahagia di wajahnya. Sebaliknya, betapa banyak orang yang sepertinya tak memiliki apa-apa seperti begitu mudahnya ia merasa bahagia.
Menurutku, bahagia itu mensyukuri semua nikmat yang sudah diberikan oleh-Nya. Mulai dari fisik yang begitu sempurna ini, hingga alam semesta dan isinya yang dipersilahkan oleh-Nya untuk kita nikmati gratis. Karena sudah menjadi hukumNya, siapa yang bersyukur, maka bahagianya akan bertambah. Nikmatnya akan ditambah lagi dan lagi.
“Barangiapa mensyukuri nikmat-Ku, maka akan Ku tambahkan nikmat baginya. Dan barangsiapa kufur terhadap nikmatKu, sesungguhnya adzab-Ku amat pedih.” (Q.S. Ibrahim : 7)

Seperti kali ini. Mensyukuri datangnya buku bagus gratis yang dikirim langsung oleh penerbit ternama juga merupakan kebahagiaan yang tak terkira. Alhamdulillaaah. ^_^

 Buku hadiah kuis facebook dari +bentang pustaka 
Alhamdulillaah.. ^_^
Meski hanya berupa buku, hadiah ini berarti sekali untuk menggugah semangat menulisku.
Hadiah pertama yang didapat dari menulis sejak menjadi seorang istri. Hadiah ini juga yang kemudian membuat saya untuk terus semangat belajar dalam menulis sehingga nantinya bisa benar-benar bisa di bidang ini.
Untuk yang mau lihat kuis yang aku menangkan, bisa dilihat disini.
Alhamdulillaaah. ^_^
Begitulah bahagia menurutku, bagaimana menurutmu? :)

Beda Kata TIDAK dan BELUM


Saya memang bukan ahli bahasa. Bahkan saat masih jadi siswa dulu, jurusan yang saya ambil pun jauuh sekali dari bahasa, karena jurusan yang saya ambil adalah Teknik Elektronika. :)
Meski terkadang saya begitu mengagumi mereka-mereka yang bisa merangkai kata-kata indah dengan diksi yang menggugah rasa dan juga mencoba berusaha menulis seperti yang mereka lakukan, pada akhirnya saya harus mengakui, saya tidak bisa seberbakat mereka.
Tapi ini perkaranya lain. Bagi seorang seperti saya, dua kata ini jelas sekali maknanya. Apakah kata itu? Mereka adalah tidak dan belum.
Terus, what's wrong with them?
Bukan mereka sebenarnya yang jadi masalah. Tapi kata-kata selanjutnya yang dikatakan setelah salah satu kata di atas yang rasanya menyesakkan hati. Sehingga membuat saya tergerak untuk menuliskannya disini. Sehingga kita bisa lebih bijak lagi saat berkata-kata.
Jadi ceritanya, berhari-hari yang lalu ketika hendak pergi maen ke TK deket rumah, saya papasan sama tukang sayur yang biasa lewat komplek kontrakkan rumah. Nah waktu itu si Ibu nanya,
"Mau kemana, kok bawa minum segala?" Tanya Ibu tukang sayur itu, karena waktu itu memang saya bawa botol minum plus minumannya sambil dipegang, takut tumpah soalnya.
Yah, saya jawab yang sebenarnya dong ya, "mau ke TK Bu... :)," waktu itu bilangnya sambil senyum juga. :)
Eh, si Ibu yang emang waktu itu lagi ada satu pelanggan yang belanja bilang ke si pembeli,
"tak andik anak jek ajuah," kurang lebih gitu, waktu itu bilangnya dalam bahasa Madura.
Karena saya sedikit banyak tahu bahasa Madura, saya ngerti lah artinya, kurang lebih gini,
"Dia itu 'gak punya anak."
Deg. Makjleb banget deh Ibu itu. :(
Bodohnya saya, setelah mendengar percakapan itu, saya membiarkan kalimat itu terus menggerogoti pikiran saya hingga berhari-hari. Sedih dengernya. Apalagi mikirinnya.
Kenapa saya sedih?
Saya memang harus mengakui, setelah satu tahun usia pernikahan saya dan Abi, kami memang belum dikaruniai anak. Saya garis bawahi belum. Lantas, kami bisa apa? Kami hanya bisa berikhtiar, berdo'a dan tawwakal, hasilnya? Dia yang paling mengetahui. Bukan kita -secerdas apapun anda!-.
Yang seharusnya bukan hak anda untuk kemudian menjudge dan memilih kata tidak untuk kami. :(
Akan beda sekali maknanya dua kata yang maknanya mirip ini, coba perhatikan conthnya:
- Saya tidak makan nasi hari ini.
- Saya belum makan nasi hari ini.
Jika saya mengatakan 'saya tidak makan hari ini', artinya saya tidak makan sama sekali hari ini. Bisa jadi karena sakit, kekenyangan karena makan makanan yang kemaren atau alasan lainnya, sehingga kesimpulannya tidak ada satu butir nasi pun yang anda makan hari ini. Karenanya kalimatnya bisa juga ditambah seperti ini:
Saya tidak makan  nasi hari ini. Kemarin saya makan segentong nasi sendirian, sehingga bila hari ini melihat nasi, saya rasa-rasanya mau muntah.
Nah, lain halnya dengan kata belum. Bila mengucapkan 'saya belum makan nasi hari ini', berarti ada kemungkinan bahwa saya akan makan nasi nanti. Entah itu saat malam, atau ketika ada teman yang menemani saat makan.
Nah, kemungkinan itu lah yang membedakan kata tidak dan belum. Dan alangkah bijaknya bila sedang bicara dengan kami-kami yang sedang menunggu ini, pakailah kata belum. Bukan tidak. Karena ada harapan setidaknya ketika kalimat itu terlontarkan.

Ah, saya memang lebay ya. Hal seperti ini saja dipermasalahkan (sebenarnya bukan mempermasalahkan sih, cuma agak meluruskan saja), sehingga tidak ada saya-saya yang lain yang juga merasakan yang sama. :)
Dan Ibu tukang sayur itu, InsyaAllah saya juga sudah memaafkannya. Mungkin dia tidak tahu kalau saya sesensitif ini. Semoga bermanfaat. :)

Psst, gambar diambil dari sini.

Sang Pewaris Surga

Gambar ngambil dari sini ya.. ^_^v

Begitulah indahnya islam. Bahkan bagi siapapun yang hendak memasuki surgaNya, Allah telah menuliskan ciri-cirinya di dalam Alqur'an:


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.



(1). قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,


(2). الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
(yaitu) orang-orang yang khusyu` dalam shalatnya,


(3). وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ
dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,


(4). وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ
dan orang-orang yang menunaikan zakat,


(5). وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ
dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,


(6). إِلَّا عَلَىٰ أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ
kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.


(7). فَمَنِ ابْتَغَىٰ وَرَاءَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْعَادُونَ
Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.


(8). وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ
Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya,


(9). وَالَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ
dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya.


(10). أُولَٰئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ
Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi,

(11). الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
(ya`ni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.

sumber tulisan dan artinya bisa dilihat disini dan disini.
Nah, adakah kita seperti ciri-ciri di atas? Semoga. Aamiin.. ^_^
<3
<3
:')